Minggu, 01 Januari 2012

Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia

Kelas kata berdasarkan kategori sintaksis
1.      Nomina
Suatu kata dalam bahasa tergolong nomina secara gramatikal tidak dapat bergabung dengan ‘tidak’. Kelas nomina terdiri dari subkategori berikut.
1.1  Nomina bernyawa dan Nomina tak bernyawa
1.      Nomina Bernyawa
Nomina bernyawa dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka. Yang tergolong nomina bernyawa sebagai berikut.
1)      Nomina Persona yatiu nomina yang dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka dan dapat di dahului dengan artikel si. Yang tergolong nomina persona sebagai berikut.
(1)   nama diri, misalnya: Fatimah, Hasan, Hasnah.
(2)   Nomina yang menyatakan kekerabatan, misalnya: ibu, bapak, kakek, nenek, abang.
(3)   Nomina yang meyatakan orang yang diperlakukan seperti orang, misalnya: tuan, malaikat, hantu, jin, jembalang.
(4)   Nama kelompok manusia, misalnya: Belanda, Cina, Jepang, Minangkabau, Jawa.
(5)   Nomina tak bernyawa yang dipersonifikasikan, misalnya: inggris, belanda, MPR, DPR, India.
2)      Flora dan Fauna, yaitu nomina yang tidak dapat disubstansikan ia, dia, atau mereka dan tidak dapat didahului oleh partikel si kecuali kalau dipersonifikasikan. Yang tergolong nomina flora fauna, misalnya: lembu, kerbau rambutan, mangga, kucing.
2.      Nomina tak bernyawa
Nomina tak bernyawa adalah nomina yang tidak dapat disubstansikan dengan ia, dia, atau mereka. Yang tergolong nomina tak bernyawa adalah sebagai berikut.
1)      Nama lembaga, misalnya: UUD, MPR, DPA, MKGR, DPRD.
2)      Nama geografis, misalnya: utara, selatan, timur, nama pulau, hulu.
3)      Waktu, misalnya: Agustus, besok, senin, kini, pukul sepuluh.
4)      Nama bahasa, msalnya: bahasa Melayu, bahasa Cina, bahasa Bugis, bahasa Flores, bahasa Minang.
5)      Ukuran, misalnya: guni kecil, karung, pikul, kilogram, gantang.

1.2  Nomina terbilang dan nomina tak terbilang
1.      nomina terbilang
Nomina terbilang ialah nominayang dapat dihitung, misalnya: meja, kursi, kampong, krtas, buku.
2.      Nomina tak terbilang
Nomina tek terbilang ialah nominayang tidak dapat dihitung, misalnya: kesucian, kemanusiaan, cuaca, barat, kepedihan.

1.3  Nomina kolektif dan bukan kolektif
1.      nomina kolektif
Nomina klektif adalah nomina yang dapat disubstansikan dengan mereka atau dapat diperinci atas anggotadan bagian-bagian. yang tergolong nomina kolektif adalah sebagai berikut.
1)      Nomina kolektif dasar, misalnya: rakyat, puak, kaum, keluarga, lauk.
2)      Nomina kolektif turunan, misalnya: rimba belantara, ribuan, cairan, buah-buahan, lauk pauk.

2.        Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi menggantikan nomina. Kata-kata yang tergolong kategori nomina tidak dapat diberi afiks, tetapi beberapa di antaranya dapat direduplikasikan, misalnya dia-dia, kami-kami, dan lain-lain yang dipergunakan dalam pengertian meremehkan atau merendahkan. Kategori pronomina terdiri dari subkategori seperti berikut.
2.1  Pronomina intratekstual
1.      Yang bersifat anaforis, misalnya: nya, mereka, dia, ia, baginda
1)      Bujang mencuci bajunya sendiri
2)      Saleh dan minah hidup miskin, tapi mereka bahagia
3)      Mamat jangan ditiru, dia orang kaya.
4)      Saudagar Hasan memang kaya tapi ia sombong
5)      Tangkun Abdi Rahman lari ke Singapura, kemudian baginda mangkat di sana baginda mangkat di sana.
2.      Yang bersifat kataforis, misalnya: nya, dia, ia, merreka, baginda
1)      Karena hartanya itu, saudagar Hasan dikenal oleh setiap orang.
2)      Dia belum selesai bekerja, tetapi entah mengapa Salim pulang agak cepat hari ini.
3)      Walaupun mereka tahu hal itu salah, tetapi kedua anak itu melakukannya pula.
4)      Ia pandai mngembil hati orang tua sebab itu Fatimah amat dikasihi orang.
5)      Tidak ada yang melanggar titah baginda karena raja itu sangay disayangi rakyat.
Pronomina-pronomina pada kalmia-kalimat 1), 2), 3), 4), dan 5) di atas bersifat kataforis karena pronominal itu mendahului anteseden. Saudagar Hasan, Salim, Fatimah, kedua anak itu, dan raja kami adalah anteseden.
2.2  Pronomina Ekstratekstual
Pronominal ekstratekstual ialah prnomina yang terdapat di luar wacana/bahasa. Yang tergolong pronominal ini, misalnya: saya, hamba, engkau, dia, kalian.
Dalam kalimat-kalimat, misalnya:
1)      Saya belum ke sana.
2)      Mohon hamba Tuanku.
3)      Engkau juga harus segera pergi.
4)      Jangan salahkan dia.
5)      Kalian mudah benar percaya.

2.3  Pronomina Takrif
Pronomina takrif adalah pronominal yang menggantikan nomina yang referennya jelas. Kata-kata yang termaasuk pronomina persona termasuk kategori ini.
     Secara terperinci, pronominal takrif bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1.      Pronomina persona pertama tunggal, misalnya: aku, saya, patik, hamba.
2.      Pronomina persona pertama jamak, misalnya: kita, kami, pati sekalian, hamba sekalian.
3.      Pronomina persona kedua tunggal, misalnya: engkau, dikau, tuan, tuan hamba.
4.      Pronomina persona kedua jamak, misalnya: kalian, kalian semua.
5.      Pronomina persona ketiga tunggal, misalnya: dia, ia, baginda.
6.      Pronomina persona ketiga jamak, misalnya: mereka.
2.4  Pronomina Tak Takrif
Pronomina tak takrif adalah pronominal yang tidak menunjuk kepada orang atau benda tertentu. Pronomina bahasa Indonesia yang tergolong kategori ini, misalnya: siapa, masing-masing, anu, seseorang, apa-apa.


3.        Adjektiva
Adjektiva adalah kategori yang dapat bergabung dengan kata tidak dan partikel lebih, agak dan sangat. Bentuk-bentuk adjektiva itu adala sebagai berikut.
3.1  Adjektiva Dasar
Adjektiva terdiri atas dua macam yaitu (1) yang dapat didampingi oleh partikel sangat, lebih, dan agak dan (2) yang tidak dapat didampingi partikel-partikel tersebut.
1.      Yang dapat didampingi oleh partikel sangat, lebih, dan agak, misalnya: cantik, ajaib, ringan, sakit, jelas.
2.      Yang tidak dapat didampingi oleh partikel sangat, lebih, dan agak, misalnya: tentu, musnah, genap, laun, tunggal.
3.2  Adjektiva Turunan
Adjektiva turunan terdiri atas dua macam yaitu (1) adjektiva turunan yang bereduplikasi dan (2) adjektiva turunan yang berafiks kombinasi. Contoh setiap jenis adjektiva itu adalah sebagai berikut.
1.      Adjektiva turunan yang bereduplikasi, misalnya: ringan-ringan, sakit-sakit, mahal-mahal, bodoh-bodoh, nakal-nakal.
2.      Adjektiva turunan yang berafiks kombinasi ke-R-an dan ke-an, misalnya: kebarat-baratan, kemerah-merahan, kemalu-maluan, kepanasan, kesepian.
3.3  Gabungan Adjektiva dengan kategori lain
Gabungan adjektiva dengan kategori lain dapat dibagi sebgai berikut.
1.      Bersifat idiomatis, misalnya: panas-panas tahi ayam, hangat-hangat kuku, busuk hati, keras kepala, panjang tangan.
2.      Bersifat non-idiomatis, misalnya: besar kecil, gajah perkasa, tua muda, porak poranda, cantik jelita. 

4.        Numeralia
Numeralia adalah kategori gramatikal yang tidak dapat bergabung dengan tidak, akan tetapi numeralia dapat bergabung dengan nomina. Misalnya empat rumah, ratusan penduduk, dan sebagainya.
            Numeralia dapat dikategorikan sebagai berikut.
4.1  Numeralia Takrif
Numeralia takrif terdiri atas
1.      Numeralia utama (Kardinal)
Numeralia cardinal terdiri atas
1)      Bilangan penuh yang menyatakan jumlah tertentu, misalnya: satu, delapan, puluh, juta, laksa.
2)      Bilangan pecahan yang terdiri atas pembilang dan penyebut yang dibubuhi preposisi per atau pe, misalnya: seperempat, dua pertiga, empat perenam, tiga perlima, tiga perempat.
3)      Bilangan gugus yang menyatakan sekelompok bilangan, misalnya: likur, lusin, kodi, ton, pikul.
2.      Numeralia tingkat (Ordinal)
Numeralia tingkat adalah numeralia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah dan berstruktur ke+ Num, misalnya dalam kalimat-kalimat berikut.
a.       Amijah anak ketiga.
b.      Malam ketujuhnya kami pun berangkat.
c.       Orang itu korban kelima.
d.      Ahmad orang ketiga di kantornya.
e.       Minggu keempat bulan ini aku berangkat.
3.      Numeralia Kolektif
Numeralia kolektif berstruktur ke+Num, ber- + Num, Num + ber- + N, ber- + NumR, ber- + NR dan Num + -an, misalnya dalam kalimat-kalimat sebagai berikut.
a.       Kelima perampok itu sudah ditangkap.
b.      Kami pergi berlima.
c.       Mereka tinggal lima beranak di gubuk itu.
d.      Beribu-ribu orang menyaksikan pertandingan berdarah itu.
e.       Bertahun sudah kami menunggu dengan penuh harap.
f.       Sudah berhari-hari badang tidak mendapatkan ikan.
g.      Ratusan penumpang tewas dlam kecelakaan itu.

4.2  Numeralia Tak Takrif
Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah tidak tentu. Yang tergolong numeralia jenis ini, misalnya: berbagai, tiap-tiap, segala, semua, seluruh.

5.        Verba
Verba ialah kategori gramatikal yang dalam konstruksi berkemungkinan diawali oleh kata tidak, tidak mungkin diawali oleh kata di, ke, dari, dan tidak mungkin diawali oleh prefiks ter- yang bermakna paling. Verba dapat ditinjau dari beberapa segi yang berpengaruh terhadap penggolongannya.
5.1  Verba Menurut bentuknya
Dilihat dari segi bentuknya, verba terdiri atas (1) verba dasar bebas dan (2) verba turunan.
1.      Verba dasar bebas
Verba dasar bebas ialah verba yang berupa morfem dasar bebas, misalnya: pulang, angkat, pergi, minum, pukul.
2.      Verba turunan
Verba turuna ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, atau gabungan proses, misalnya: angkatkan, memukul, balik-balik, minum-minum, pinjam-meminjam.
5.2  Verba menurut jumlah argumen
Ditinjau dari jumlah argumennya, verba dapat dibagi atas dua jenis, yaitu (1) verba transitif dan (2) verba intransitif.
1.      Verba transitif
Verba transitif ialah verba yang memerlukan objek. Verba ini mempunyai dua atau tiga argumen. Pada contoh berikut argument digarisbawahi untuk membedakannya dengan verba.
a.       Husin melempar anjing.
b.      Ibu membuat kue.
c.       Anak itu membeli buku.
d.      Bapak membelikan kami baju.
e.       Paman memberi Ani hadiah.
Kalimat pertama, kedua, dan ketiga pada contoh di atas masing-masing terdiri atas dua argument. Dengan demikian, verba melempar, membuat, dan membeli tergolong verba monotransitif. Kalimat-kalimat berikutnya masing-masing terdiri dari atas tiga argument. Jadi verba membleikan dan memberi tergolong verba intransitif.
2.      Verba intransitif
Verba intransitif ialah verba yang menghindari objek. Verba ini hanya mempunyai satu argumen. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut.
a.       Dia datang dua hari lagi.
b.      Petinju itu roboh seketika.
c.       Mereka singgah hanya sebentar.
d.      Panglima itu luput dari bahaya.
e.       Itu mereka tiba.
5.3  Verba menurut hubungannya dengan argumen
Dilihat dari hubungannya dengan argumen, verba dapat digolongkan atas empat jenis, yaitu (1) verba aktif, (2) verba pasif, (3) verba antiaktif, dan (4) verba antipasif.
1.      Verba Aktif
Verba aktif ialah verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku atau penanggap. Verba aktif dapat berprefiks meN-, ber-, atau tidak berprefiks. Contoh verba aktif, misalnya dalam kalimat berikut.
a.       Fatimah mengajari adiknya.
b.      Kakak tidak mengirim kabar.
c.       Pak ali berkebun kelapa.
d.      Orang-orang bertepuk tangan.
e.       Adik minum susu.
2.      Verba Pasif
Verba pasif ialah verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran, atau hasil. Verba pasif dapat diawali oleh prefiks di- dan ter-, konfiks ke-an, dan kata kena. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut.
a.       Aminah dipukul ibunya.
b.      Anjing dilempar adik.
c.       Uang ibu terambil olehnya.
d.      Kami kehujanan semalam.
e.       Pencuri kena tembak.
3.      Verba antiaktif
Verba antiaktif ialah verba yang tidak dapat diubah  menjadi pasif. Contoh verba antiaktif, misalnya dalam kalimat-kalimat berikut.
a.       Kami kehujanan semalam.
b.      Kakinya kena batu.
c.       Bajunya basah oleh keringat.
d.      Tangan Amijah tertusuk duri.
e.       Dadanya tambos oleh tombak.
4.      Verba antipasif
Verba antipasif ialah verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi pasif. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut.
a.       Anak itu haus akan kasih sayang.
b.      Aku benci terhadap kemunafikan.
c.       Kami rindu akan kebebasan.
d.      Karim suka terhadap Amijah.
e.       Si Rabu muakdengan keadaan hidupnya sendiri.
5.4  Verba menurut interaksi antara argumen
Menurut interaksi antara argument, dapat dibedakan ke dalam dua jenis verba. Kedua jenis verba tersebut sebagai berikut.
1.    Verba resiprokal
Verba resiprokal ialah verba yang menyatakan perbuatannya yang dilakukan oleh dua pihak yang saling berbatasan, misalnya: berkelahi, berpegangan, bercakar-cakaran, saling memusuhi, tuduh menuduh.
2.    Verba non-resiprok
Verba non-resiprok ialah verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh kedua pihak dan tidak saling berbalasan, misalnya: mandi, melamun, memukul, tidur, dan menjahit.

5.5  Verba menurut referensi argumennya
Menurut referensi argumennya, verba dapat dibedakan atas (1) verba reflektif dan (2) verba nonreflektif.
1.    Verba reflektif
Verba reflektif ialah  verba yang kedua argumennya mempunya referen yang sama, misalnya: berkaca, bercermin, bergunting, bercukur, berdandan.
Pada kata berkaca pelaku tindakan sekaligus berfumgsi sebagai yang dikenal tindakan itu.
2.    Verba nonreflektif
Verba nonreflektif ialah verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang berbeda, misalnya: mencangkul, mengambil, berjumpa, terinjak, disentuh.
5.6  Verba menurut hubungan identifikasi antara kedua argument
Melihat hubungan identifikasi antara kedua argumennya, verba dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu (1) verba kopulatif dan (2) verba ekuatif. Perincian kedua macam itu adalah sebagai berikut.
1.    Verba kopulatif
Verba kopulatif adalah verba yang mempunyai potensi untuk ditinggalkan tanpa mengubah konstruksi prediktif yang bersangkutan, misalnya: ada, adalah, merupakan, menjadi, jadi.
2.    Verba ekuatif
Verba ekuatif aialah verba yang mengungkapkan cirri salah satu argumennya, misalnya: berdasarkan, terdiri dari, berjumlah, menjadi, bertambah.

  
6.        Adverbia
Adverbia ialah kategori yang mendampingi kategori-kategori verba, adjektiva, numeralia, dan adverbial lain. Penggologannya dilakukan sebagai berikut.
6.1  adverbia menurut bentuknya
menurut bentuknya adverbial dapat dibagi atas dua jenis yaitu (1) advebia dasar dan (2) adverbial turunan.
1.      Adverbia dasar
Adverbia dasar ialah adverbial yang belum mengalami proses afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, gabungan morfem, dan transposisi kategorial. Misalnya: agak, akan, sudah, saja, hanya.
2.      Adverbia turunan
Adverbia turunan ialah adverbia yang mengalami proses afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, gabungan morfem, dan transposisi kategori. Misalnya: terlalu, sekali, berlebih-lebih, belum tentu, tidak boleh tidak.
6.2  Adverbia menurut posisinya dalam klausa
Dilihat dari posisinya dalam klausa, adverbial dapat dibagi atas dua macam, yaitu (1) adverbia intraklausal dan (2) adverbia ekstraklausal.
1.      Adverbia  intraklausal
Adverbia  intraklausal ialah adverbia yang erat berdampingan dengan verba, adjektiva, numeralia, dan adverbial lain, misalnya: jangan, sangat, Cuma, masih belum, aga-agak.
2.      Adverbia ekstraklausal
Adverbia  intraklausal ialah adverbial yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah posisi, misalnya: mungkin, memang, bukan, nanti, mula-mula.

7.        Preposisi
Preposisi ialah partikel yang berfungsi menggabungkan kata atau frasa sehingga terbentuk frasa eksosentris. Ada dua macam preposisi, akan dijelaskan sebagai berikut.
7.1  Preposisi dasar
Preposisi dasar ialah preposisi yang tidak mengalami proses morfologis, misalnya: di, ke, dari, dengan, bak.
7.2  Preposisi turunan
Preposisi turunan ialah preposisi hasil transposisi, preposisi berafiks, preposisi gabugan dengan preposisi lain, dan preposisi gabungan dengan non-preposisi. Misalnya: lewat, bagaikan, daripada, oleh karena, berhubug dengan.
8.        Interogatif
Interogatif ialah kategori dalam kalimat interogatif yang berfungsi menggantikan sesuatu yang ingin diketahui oleh pembicara atau mengukuhkan sesuatu yang telah diketahui pembaicara. Misalnya dalam kalimat sebagai berikut.
a.       Apa yang dibawa Milah?
b.      Milah membawa bunga.
Kata apa dalam kalimat (a) merupakan interogatif, sedangkan bunga merupakan anteseden (sesuatu yang ingin diketahui). Dengan demikian, anteseden dalam kalimat interogatif pasti berada di luar kalimat.
Interigatif dapat digolongkan atas dua macam yaitu (1) interogatif tunggal dan (2) interogatif turunan. Berikut ini diberikan kedua macam interogatif tersebut.
8.1  Interogatif tunggal
Interogatif tunggal ialah interogatif yang belum berubah bentuknya, msalnya: apa, mana, bila, kah, tah.
8.2  Interogatif turunan
Interogatif turunan ialah interogatif hasil penggabungan, reduplikasi, afiksasi. Introgatif jenis ini, misalnya: di mana, bilakah, apa-apa, berapa, mengapa.

9.        Demonstrativa
Demonstrativa ialah kategori yang berfunsi untuk menunjukkan sesuatu di dalam maupun di luar wacana. Penggolongan demonstrativa dapat dilakukan sebagai berikut.
9.1  Demonstrativa menurut bentuknya
Menurut bentuknya, demonstrativa terdiri dari (1) demonstrativa tunggal dan (2) demonstrativa turunan. Berikut ini diberikan kedua macam demonstrativa itu.
1.      Demonstrativa tunggal
Demonstrativa tunggal ialah demonstrativa yang belum mengalami perubahan, misalnya: itu, ini, sini, situ, sana.
2.      Demonstrativa turunan
Demonstrativa turunan ialah demonstrativa yang sudah mengalami proses panggabungan, reduplikasi, dan transposisi, misalnya: di sini, si situ, begitu-begitu, begini-begini, berikut.
9.2  Demonstrativa menurut ada tidaknya anteseden dalam wacana
Menurut ada tidaknya anteseden dalam wacana, demonstrativa dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu (1) demonstrativa intratekstual dan (2) demonstrativa ekstratekstual. Berikut ini diberikan pula kedua macam demonstrativa tersebut.
1.      Demonstrativa intratekstual
Demonstrativa intratekstual ialah demonstrativa yang menunjukkan sesuatu yang terdapat dalam wacana dan bersifat ekstrakalimat, misalnya: itu, begitu, demikian, ini, sebagai berikut.
2.      Demonstrativa ekstratekstual
Demonstrativa ekstratekstual ialah demonstrativa yang menunjukkan sesuatu yang ada di luar wacana, misalnya: sini, situ, sana.

10.    Konjungsi
Konjungsi ialah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan lain dalam komstruksi hipotaktis. Konjungsi dapat digologkan atas dua macam, yaitu (1) konjungsi intrakalimat dan (2) konjungsi ekstrakalimat. Berikut ini dijelaskan setiap jenis konjungsi tersebut.
10.1        Konjungsi intrakalimat
Konjungsi intrakalimat ialah konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Contoh konjungsi ini diantaranya agar, atau, melainkan, ketika, maka.
10.2        Konjungsi ekstrakalimat
Konjungsi ekstrakalimat ialah konjungsi ditempatkan diluar kalimat. Konjungsi ini dapat dibedakan atas dua macam. Macam-mcam konjungsi tersebut sebagai berikut.
1.      Konjungsi intratekstual
Konjungsi intratekstual ialah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain atau satu paragraf dengan paragraf lain, misalnya: lagi pula, maka, sesuadah itu, apalagi, sungguhpun demikian.
2.      Konjungsi ekstratektual
Konjungsi ekstratektual ialah kinjungsi yang menghubungkan dunia di luar bahasa dengan wacana, misalnya: adapun, syahdan, maka itu, sebermula, alkisah.

11.    Artikula
Artikula ialah kategori yang mendampingi kategori-kategori nomina dasar, nomina deverbal, pronominal, dan verba pasif. Macam-macam artikula sebagai berikut.
11.1        Artikula yang mengkhususkan nomina tunggal
Artikula yang mengkhususkan nomina tunggal misalnya: si, sang, sri, hang, dang.
11.2        Artikula yang mengkhususkan suatu kelompok
Artikula yang mengkhususkan suatu kelompok, misalnya: kaum, umat, para, puak, sidang.

12.    Interjeksi
Interjeksi ialah kategori yang mengungkapkan perasaan pembaca dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam ssebuah kalimat. Interjeksi selalu mendahului kalimat dan bersifat ekstrakalimat.
Interjeksi dapat dibedakan atas dua macam sebagai berikut.
12.1        Interjeksi dasar
Interjeksi dasar ialah interjeksi dalam bentuk dasar, misalnya: wah, ah, aduh, cis, hi.
12.2        Interjeksi turunan
Interjeksi turunan umumnya berasal dari bahasa Arab, misalnya: insya Alloh, Alhamdulillah, syukur, astagfirulloh, masya alloh.

13.    Kategori fatis
Kategori fatis bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dengan kawan bicara. Oleh karena itu, kategori fatis umumnya terdapat dalam konteks dialog atau wacana bersangkutan. Misalnya: ah, kan, mari, selamat. Dalam kalimat-kalimat sebagai berikut.
a.       Jangan ah, aku takut.
b.      Kan dia belum pernah kembali?
c.       Mari masuk!
d.      Selamat, ya Nak!

1 komentar: